Skip to main content

Sebegitunya kah?

"Nabila pernah kan jatuh cinta yang sampe bikin dhag dhig dhug, yang bikin serba salah, yang aneh gitulah pokoknya?"
-pertanyaan konfirmasi plus cekikikan di ujung telpon, malam itu-


Tulisan ini sebenarnya aku tujukan pada kaum lelaki. Dua penulis yang berbeda masa, dan genre, mencantumkan rasa itu di tulisan mereka, dan akhirnya membuatku penasaran dengan bagaimana otak kalian bekerja kalau kena virus merah jambu.

Yang pertama, Ray dalam Rembulan Tenggelam dalam Wajahmu, oleh Tere Liye.
Yang kedua, Minke dalam Anak Semua Bangsa, oleh Pramoedya Ananta Toer.

Bagi yang punya buku referensi pertama, sila buka halaman 241, judulnya " Aku Puding Pisang". Sudah bisa ditebak, apa yang dituliskan adalah deskripsi fisik, seakan penulis meminta persetujuan pembaca bahwa si perempuan memang cantik. Tapi yang membuatku tertarik adalah "ketertarikan" tersebut bisa membuat karakter utama jadi pongah, ya kalau ditulis di sini sih "Bagai kerbau dicucuk hidungnya". Iya, sebegitunya.

Lain lagi dengan referensi kedua, pada halaman ke 7, kecemburuan pemeran utama terlihat pada "...sebelas pucuk surat Suurhof telah menimbulkan kepundan yang memuntahkan lahar dalam hati." dan kata-kata selanjutnya berupa umpatan.

Aku kurang paham  bagaimana bisa penulis pertama mendeskripsikan detail fisik si perempuan. Lazimkah di kalangan kalian?
Ditambah dengan beberapa tingkah aneh, yang kalian sendiri tidak bisa menjelaskannya, apa ini memang standar operasionalnya?

Memang tidak bisa dipukul rata memang, tapi tetap saja, menggelitik.

Dan...., what is the dumbest thing you ever done to her?

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Kreasi dan Konsumsi

Bagaimana kita mencerna berpengaruh terhadap kualitas aksi yang kita lakukan. Apa yang menjadi asupan kita bertindak sebagai bahan bakar semangat. Dan kapan aksi yang kita lakukan menjadi gambaran bagaimana hidup akan berjalan.

Ayah yang Khawatir

Menurutku, semakin kita bertambah dewasa, beberapa istilah yang kita kenal dari kecil akan berubah perwujudan konkretnya di kepala, antara melebar dan mendalam. Kita tidak lagi terpaku hanya pada makna harfiah saja. Istilah hanya digunakan untuk mengerecutkan maksud komunikator kepada komunikan. Pemahaman komunikan, lagi-lagi dipengaruhi  oleh perubahan tersebut.