Skip to main content

Review Menulis

Terhitung awal Maret, ketekunan menulis di portal ini yang dimulai semenjak Agustus 2015 sedikit terganggu. Sebagai gantinya, bulan ini akan ada banyak tambahan tulisan dari bulan lalu. Sedikit kealpaan di dunia maya penulisan selalu jadi justifikasi paling masuk akal karena beragam tuntutan tanggungan yang menggunung. Tapi untuk membiasakan budaya tidak gampang pamrih dan konsisten, tulisan ini hadir.
 

Kalau dirunut lagi dari awal, sedikit unik memang perjalanan tulisan-tulisan secara eksistensinya. Awal kolaborasi blog ini masing-masing kontributor berinisiasi untuk membuat satu tulisan per sepuluh hari. Menjadikan enam entri per bulan adalah targetnya. Empat bulan berjalan lancar, kami sepakat menggandakan tulisan. Mengeksplorasi dan mencoba mengasah batas adalah alasan utamanya. Menjadikan dua belas entri per bulan target untuk Desember tahun lalu. Semua masih berjalan lancar.

Untuk mengawali tahun 2k16 dan berawal dari keisengan kami, jumlah itu menjadi tiga kali lipat dari target awal. Menjadikan delapan belas entri sebagai targetnya. Dan disitu kami mulai merefleksikan target bulan itu untuk kedepannya. Pertimbangannya sederhana:

Konten Tulisan

Bayangan tulisan ideal untuk diungkapkan disini adalah banyak tulisan tentang pikiran-pikiran yang terlintas saat kepala kosong. Dengan hal ini sering sekali terjadi, aku rasa apa yang sejauh ini ada belum merepresentasikan dengan baik pikiran-pikiran tersebut. Masih banyak ruang pengembangan yang dapat aku isi. Masih banyak tulisan yang harusnya menjadi ajang latihan mengungkapkan apa yang biasanya hanya terlintas lewat mata batin saja. Masih banyak hal luput dalam rasa yang terlewat begitu saja. Padahal salah satu tujuan adanya blog ini adalah mencoba bercerita lewat kata. Untuk itu bagian ini masih jauh dari progres bagus.

Keterbiasaan Menulis

Alah bisa karena biasa. Harus diakui, secara personal aku sangat senang dengan apa yang kami lakukan mulai Januari. Terkhusus untuk diri sendiri, keterbiasaan akan menulis yang dirasa sangat memakan waktu pada awalnya bukan lagi menjadi beban berat seiring berjalannya waktu. Aku masih dengan sangat jelas mengingat untuk tulisan sesederhana ini aku membutuhkan waktu setengah hari sendiri untuk menyelesaikannya. Sekarang? Aku yakin tiga puluh menit adalah waktu rerata untuk menulis tulisan serupa.

Ketersediaan Waktu

Sebagai manusia dengan segala kefanaannya, banyak sekali variasi kegiatan yang mesti dilakukan. Dengan kecenderunganku untuk melakukan banyak hal baru, konsistensi akan menulis selalu menjadi hal utama yang aku khawatirkan. Apalagi hal baru yang banyak membutuhkan waktu berproses untuk menguasainya. Kembali pada kebiasaan berjustifikasi, waktu selalu menjadi objek yang dapat di nego. Namun sejauh ini, aku rasa aku mulai sedikit mengoreksi kebiasaan burukku itu. Jujur, aku sudah berekspektasi akan mangkir dari project ini sekitar 2-3 bulan. Namun baru akhir bulan lalu (atau sekitar 8 bulan) aku bisa tekun menulis. Bulan lalu saja karena harus merevisi banyak draft Tugas Akhir. Yeay for the count! Semoga tetap konsisten kedepannya.
 
Tentang Menulis Itu Sendiri

Aku sadar sepenuhnya bahwa menulis adalah buah pikiran. Tanpa banyak masukan, tulisan akan saklek dengan pendirian. Tanpa banyak muatan baru, tulisan tidak akan berkembang. Tanpa banyak proses memasukkan konten bacaan, tulisan hanyalah buah pengalaman tanpa unsur pembangunan. Untuk itu keseriusan dalam menambah banyak pengetahuan dan pengalaman adalah hal yang aku inginkan sebagai by product dari ketekunan menulis ini. Untuk berkembang sebagai manusia yang lebih utuh lagi. Dan sejauh pemikiran dapat mencerna, hal ini berjalan dengan cukup lancar.

Yep. Semoga kedepannnya banyak hal baik terus berdatangan dari menulis ini. Mohon doanya yah agar kebaikan dapat ditularkan dari portal ini.

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Kreasi dan Konsumsi

Bagaimana kita mencerna berpengaruh terhadap kualitas aksi yang kita lakukan. Apa yang menjadi asupan kita bertindak sebagai bahan bakar semangat. Dan kapan aksi yang kita lakukan menjadi gambaran bagaimana hidup akan berjalan.

Ayah yang Khawatir

Menurutku, semakin kita bertambah dewasa, beberapa istilah yang kita kenal dari kecil akan berubah perwujudan konkretnya di kepala, antara melebar dan mendalam. Kita tidak lagi terpaku hanya pada makna harfiah saja. Istilah hanya digunakan untuk mengerecutkan maksud komunikator kepada komunikan. Pemahaman komunikan, lagi-lagi dipengaruhi  oleh perubahan tersebut.