Skip to main content

Pengamat malam minggu

Teman kamarku sedang pulang kampung, jadilah aku sering bertemu dengan temanku yang lain jarang kutemui karena harus berbagi privasi dengannya. Diriku sendiri.
Only if I could copy myself, agaknya aku tak harus kebingungan untuk cari teman untuk diajak keliling malam minggu. Keliling malam minggu dalam diam, tanpa meributkan harus makan dimana dan mendapat jawaban terserah, atau being too picky  dengan level kepedasan tertentu. Keliling malam minggu merasakan macet, tanpa harus mendengarkan ocehan tentang klakson yang tak tau diri atau keheningan yang terlampau awkward. 

Dikarenakan aku tau diri aku juga picky untuk memilih seseorang untuk suatu momen tertentu, akhirnya malam ini aku pergi sendiri.

Iya, jalan-jalan malam. Sebuah sensasi yang untuk merasakannya harus kujadwalkan seminggu sebelumnya (karena tak mungkin aku keluar malam pada weekdays).

Kemana? Ke pusat keramaian, menjalankan misi yang dulu sering kulakukan, memerhatikan orang lain tanpa ikut terlihat.

Jogja malam minggu, ah pemandangan biasa soal sejoli yang menunjuk-nunjukkan jarinya ke baleho provider dan memperbincangkan soal provider mana yang paling murah paket telponnya. Juga keluarga muda, dengan penjelasan si ibu kepada anaknya yang masih SD soal kenapa lampu merah harus dikasih timer. Atau kawan lama, yang rewel minta diantarkan ke tempat-tempat khas, padahal waktu yang (dikira) dimiliki tinggal 11 jam lagi. Ada juga kakak tingkat yang sengaja mengajak keluar si adek tingkat dengan dalih "akan membantu mencarikan buku untuk semester depan" dan end up di antrian pembelian es krim di samping mall. Tak lupa, manusia dengan kruk yang menyeberang dengan lenggang santai hanya bermodal senyuman maut yang sudah bisa membuat para pengendara (termasuk aku) berhenti. Anak-anak SMP yang takut kehilangan rombongan, berkerumun menggerombol saat temannya menawar gelang manik warna-warni, yang sebenarnya ia tertarik pun tidak. Ada pasangan lain yang bingung menyalakan lampu sein nya, kadang ke kanan lalu berubah ke kiri, awalnya kiri lalu berubah ke kanan. Pasangan yang duduk di bawah lampu jalan itu juga beda lagi, mereka bingung kenapa hape yang ingin digunakan untuk selfie tapi tak bisa merespon gerakan tangan si perempuan.

Di tengah Malioboro sudah mulai dihias dengan lampion, pertanda imlek. Ah tadi kulihat ada kedai kopi mahal itu di Malioboro, ganjil rasanya melihatnya bersebelahan dengan para penjual batik di emperannya. Harga kopi yang bahkan bisa puluhan kali lipat dari harga nasi angkringan, disandingkan dengan harga bakso kerikil yang kalau beli sepuluh ribu sudah bikin kenyang. Aku penasaran, harus berapa lama si owner kedai kopi mahal itu menunggu salah satu kios di sana tutup? Atau bagaimanakah ia merayu owner lamanya agar mau menjualnya? Seberapa tua bangunan itu sampai akhirnya sekarang dipoles bak cafe di Eropa sana?

Semakin menjauh, penjual semakin sedikit dan tampak beberapa ibu-ibu puas melihat sekeliling sambil dilingkari pundaknya dengan lengan dari suami tercinta duduk menatap jalan yang belum mau sepi itu.

"Secara lahiriah, alam ini adalah sebuah tipuan, namun secara batiniah, ia merupakan sebuah pelajaran. Dan nafsu senantiasa melihat pada lahirnya yang menipu, sementara kalbu senantiasa melihat pada batinnya yang memberi pelajaran."
- Ibnu Atha'illah al-Iskandari-

Comments

  1. Playtech casino mobile app for free - JT Hub
    Playtech 대구광역 출장마사지 casino 군산 출장샵 mobile app for free. Download latest version for 충청북도 출장마사지 Android devices. JT Hub - Playtech 인천광역 출장안마 casino mobile app 청주 출장샵 apk.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tentang Kreasi dan Konsumsi

Bagaimana kita mencerna berpengaruh terhadap kualitas aksi yang kita lakukan. Apa yang menjadi asupan kita bertindak sebagai bahan bakar semangat. Dan kapan aksi yang kita lakukan menjadi gambaran bagaimana hidup akan berjalan.

Ayah yang Khawatir

Menurutku, semakin kita bertambah dewasa, beberapa istilah yang kita kenal dari kecil akan berubah perwujudan konkretnya di kepala, antara melebar dan mendalam. Kita tidak lagi terpaku hanya pada makna harfiah saja. Istilah hanya digunakan untuk mengerecutkan maksud komunikator kepada komunikan. Pemahaman komunikan, lagi-lagi dipengaruhi  oleh perubahan tersebut.