Skip to main content

Adik yang Ketemu di Sekolah

Pernah bangun tidur dan tiba-tiba dapet hunch buat ngelakuin sesuatu yang belum pernah kamu lakuin dan ga ada di to-do-list mu hari itu? Aku sering. Pagi seminggu yang lalu, aku tiba-tiba pingin tahu siapa saja adik kelasku yang masuk SNMPTN.


SMA ku sekolah daerah, walau mentereng sekabupaten, tapi tetep menterengnya di kabupaten aja :'). Singkat cerita, aku lulus dari kelas akselerasi tahun 2013 dan sejak itu ga pernah ngeh sama adik tingkat. Well, kalau dipikir kayanya malah aku ga pernah ngeh sama mereka.

Okay, jadi waktu aku masuk tahun kedua, sekolahku memberlakukan 2 kelas untuk akselerasi (biasanya cuma satu kelas), jadilah adik tingkat banyak sangat, makannya aku ga mau repot-repot buat ngehafalin nama sama hobi mereka (ini justifikasi sih haha). Nah, tapi setelah angkatan besar ini lulus, ternyata kualitasnya menurun, jadilah resiko yang harus ditanggung sekolah kami adalah freeze program akselerasi selama satu tahun.

Tahun selanjutnya, 2014 dibukalah lagi program tersebut. Entah aku pun ga paham masalah perijinan, manajemen program, dan lalalanya, yang aku tau aku punya adik tingkat lagi, akselerasi angkatan 8.

Suatu waktu, kayanya jaman aku kuliah semester 3 awal, aku dan teman-teman yang lagi libur dan di rumah memutuskan untuk main ke sekolah. Sadar diri aku bukan anak kesayangan guru matematika dan fisika (jadi ga terkenal gitu), akhirnya aku memilih ngendon di kantin sambil nunggu yang lain lengkap daripada kudu menjelajah sekolah lagi dengan status "alumni".

Setelah lengkap, akhirnya kita masuk kelas dan perkenalan diri. Krik krik. Adek-adeknya serem kali ya liat wajah kita, entah. Oiya, di kabupatenku itu perguruaan tinggi favoritnya adalah sekolah kedinasan macam STAN dan STIS, jadi waktu perkenalan ada beberapa temanku yang nyeritain kuliahnya di univ bawahan kementerian, politeknik dan bahkan D3 univ kota sebelah aja, they seems to have no idea. 

Setelah ngobrol panjang lebar sama guru Pkn (satu dari dua guru yang bikin betah di sekolah *satunya lagi guru bhs.inggris), dan menjawab pertanyaan wajib "Dinnar sudah punya pacar?", aku balik pulang.

Seminggu yang lalu, setelah tanya di grup besar keluarga akselerasi ada engga yang masuk SNMPTN di Jogja, ada adik tingkat yang kena umpan. Japri deh.

Percakapan terakhir sampe tadi malem isinya macem-macem ahaha. Jadi inget semua kesusahan, ke-absurd-an, soal-yang-gue tau-jawabannya-tapi-gatau-gimana-jelasinnya, plis-ada-ga-aksel jurusan IPS-aja? dan astaga-gue-beneran-lulus.

Alhamdulillah, setengah dari angkatan 8 masuk SNMPTN. Ada yang 1 UnJem (jauh uga), 4 UNS, 1 ITB, 3 ITS, 3 UGM. Dan yang lagi chatting  sama aku semalam keterima di UGM statistika.

Topik selanjutnya yang kita bahas adalah Forum Galaksi (silaturahim 2 kali setahun buat alumni, guru dan siswa akselerasi SMAN 1 Karanganyar), dan persoalan yang dia tanyain adalah apa kurangnya forum forum terdahulu.

Having long conversation is one of my favourites.

Agaknya saat nulis ini, aku ngeh sama beberapa keadaan soal aku sendiri. Terlalu sering kita, yang angkatan atas, abai sama angkatan bawah. Dengan justifikasi, "kan biasanya mereka yang ngehubungin duluan", what?!! Aku, sebagai mahasiswa semester-hampir-tua, paham, selama aku sekolah plus kuliah 14 tahun ini, support yang dibutuhin orang belajar itu ga cuma teknis macem "kak ajarin rumus ini dong" "kak, kalau bikin skrip drama kelas itu gimana" atau "kak, aku ga berani kalau ngomong depan bule" "kak, ada catatan OSN tahun kemaren?". Big NO, it's beyond that.

Lupain soal jarak umur dan coba dengerin anxiety, insecurities, dan cerita-cerita baru dari mereka. Konflik dengan orang tua, dimarahin sekelas, ga diikutkan saat class meeting gegaranya akselerasi lagi ujian, atau apalah. Kebanyakan, angkatan tua itu jadinya subjektif lah, jadi maha tahu kalau keadaan ini pasti implikasinya ini, ngebikin adik tingkatnya jadi penakut. Belum lagi kalau balesnya sewot. Ketambahan dengan ejekan "angkatan gue lebih berprestasi daripada angkatan situ". Buyar.

Eh bentar,
Ini orang-orang pada ga seneng apa punya adik tingkat?
Apa aku aja yang kelewat seneng ada yang bisa dikasih predikat "adik"? :')


Comments

Popular posts from this blog

Tentang Kreasi dan Konsumsi

Bagaimana kita mencerna berpengaruh terhadap kualitas aksi yang kita lakukan. Apa yang menjadi asupan kita bertindak sebagai bahan bakar semangat. Dan kapan aksi yang kita lakukan menjadi gambaran bagaimana hidup akan berjalan.

Ayah yang Khawatir

Menurutku, semakin kita bertambah dewasa, beberapa istilah yang kita kenal dari kecil akan berubah perwujudan konkretnya di kepala, antara melebar dan mendalam. Kita tidak lagi terpaku hanya pada makna harfiah saja. Istilah hanya digunakan untuk mengerecutkan maksud komunikator kepada komunikan. Pemahaman komunikan, lagi-lagi dipengaruhi  oleh perubahan tersebut.