1. Judul
Resensi : Sudah
Bahagia?
2. Lead : Di
manakah kebahagiaan diciptakan?
3. Judul
Buku :
Happines Laboratory
- Pengarang : Urfa Qurrota ‘Ainy
- Penerbit beserta edisi cetakan : Diterbitkan secara independen di bawah naungan Samudra Books, cetakan II
- Tahun terbit : 2015
- Tebal buku (jumlah halaman) : 191
8. Kalimat
Pembuka :
Bahagia
itu subjektif. Istilah lainnnya bisa dikenal dengan kesejahteraan psikologis
yang subjektif. Yang harus dihargai disini adalah kekekeuhan penulis untuk
tetap menyelesaikan bukunya terlepas dari arti “bahagia” yang katanya tadi
subjektif. Buku ini berisi ramuan bahagia si penulis, namun harus saya akui,
setidaknya kata subjektif disini memainkan perannya dengan apik. Beberapa kali
kesempatan saya membawa buku ini, yang ada malah orang-orang di sekitar saya
langsung penasaran bagaimana cara membelinya atau berapa harganya atau yang
lebih parah boleh kah buku ini ia beli. Bahagia itu subjektif, tapi bukan
berarti kita tidak bisa membantu orang lain untuk bahagia, bukan begitu ?
9. Isi :
Sampulnya
berwarna kuning, ibarat ingin menyelaraskan dengan isinya yang menebar
virus-virus kebahagiaan, warna kuning sering diartikan sebagai pembawa energi
positif. Ilustrasi nya bisa dibilang lucu, terdiri dari tabung erlenmeyer, gelas
ukur, tetesan-tetesan zat kimia yang tersenyum dan buku panduan praktek
laboratorium. Pesan bahwa buku ini merupakan buku racikan kebahagiaan
tervisualisasikan dengan baik.
Isi
nya terbagi menjadi 7 bab dengan rata-rata setiap bab terdiri dari 5-11 sub-bab.
Bab pertama dibuka dengan bab yang cukup menarik perhatian, terutama untuk
pembaca usia muda yaitu, cinta dan pernikahan. Didukung oleh pengalaman pribadi
penulis yang menikah muda (20 tahun), bab ini rasanya bukan sekedar “teori”
namun juga laporan hasil pengalaman sendiri.
Satu
sub-bab yang bisa dibahas lebih jauh, menurut saya adalah cinta transaksional.
Di bab ini terdapat usaha penulis memaparkan definisi ulang tentang hak dan
kewajiban dari masing-masing pihak dalam suatu pernikahan. Bukan kecantikan dan
kekayaan, kebesaran nama dengan kebesaran harta atau kesalihan dan keindahan
rupa. Tetap mencantumkan tasawuf modernnya, penulis membuat rangkuman di
paragraf penutup yang berisi “Ini adalah perjalanan yang luar biasa hebat. Ini
adalah ibadah yang paling lama, selama diniatkan untuk menaati perintah Allah
dan sunnah Rasul...”.
Selain
dilengkapi sedikit pengetahuan tentang tasawuf modern dan psikologi positif,
buku ini juga ditulis beberapa data statistik pendukung dan hasil penelitian
para ahli. Kita mungkin tidak tahu kan bahwa Indonesia berada di angka 65,11%
dalam skala 100 kebahagiaan? Fakta yang sangat bisa didebatkan dengan BPS.
Sub-bab
lain yang menurut saya patut diakui jempol karena analogi yang digunakan sangat
familiar adalah Mengingat Kenangan Bahagia. Bagian ini menyenadakan mantra
Harry Potter expecto patronum dengan
“A’udzubillah. Aku berlindung kepada
Allah”. Penulis mengajarkan pembaca nya untuk mengalahkan dementor yang berwujud ingatan negatif.
Halaman
untuk setiap sub-bab tidak terlalu banyak, bisa dibaca sekali buka. Dan dalam
bab terakhir, penulis mengompilasi beberapa happiness
laboratories dari teman-temannya yang telah menemukan ramuan bahagia nya.
10. Penutup :
Singkat
kata, buku ini adalah buku self-help
yang ringan dan bisa dibaca berulang kali. Isinya adalah peringatan. Peringatan
bahwa bahagia itu menular. Se-subjektif-subjektifnya definisi bahagia, entah
kita mungkin tak akan menemukan definisi kebahagiaan yang sama, namun buku ini
terlanjur membuat lingkarannya. Dan lingkaran bahagia ini, telah menular.
Comments
Post a Comment