Skip to main content

Yakin Pindahan? Part 2

If it doesn't challenge you, it won't change you.


Oke, semua isi lemari uda pindah ke kardus berdasar tujuan masing-masing. Rumah, asrama, atau tong sampah.

Untuk kesekian kalinya juga, aku bertanya pada diriku sendiri, yakin Din masuk pesantren? Jawaban defaultnya dan sok nya adalah....yaiyalah! But deep down, I know, aku punya jawaban panjang untuk itu.

Aku dekat dengan salah satu musrifah (pemandu) di asramaku besok, dan sejauh aku berinteraksi dengannya, aku mendapat beberapa temuan.

  • Seringnya, di whatsapp dia last seen nya tidak dalam waktu dekat, entah kemaren atau 2 hari yang lalu sekalian.
  • Dia pernah bilang "kalau kita di luar (kos), ikut pengajian kesana kesini gitu dijabanin ya...jauh hujan panas diterjang, tapi nanti bakal kalian alamin gimana rasa malasnya cuma jalan dari kamar ke kelas".
Temuan pertama dan hubungannya denganku, bukan aku doyan pegang hape, bukan juga aku socmed maniacs, hanya saja aku ga kebayang responnya ibuku kalau aku last seen nya kemaren atau kemaren lusa. Aku khawatir kalau ibuku khawatir, gitu.

Temuan kedua dan hubungannya denganku adalah aku penasaran ingin membuktikannya. Bagian insecure nya adalah jam tidurku amburadul lagi. Setelah Ramadhan, dan ngendon di rumah, jam tidurku ancur. Abis subuh tidur. Parah. Padahal buat ngilangin kebiasaan itu uda aku programin berbulan-bulan yang lalu.

Temuan lain aku dapat saat daurah kemaren, salah satu musrifah berkata "semoga istiqomah ya ammah-ammah semua, semoga bisa wisuda lengkap". Walau jelas hanya diperbolehkan hengkang dari asrama untuk alasan syar'i seperti menikah, tapi banyak cerita emang yang gugur di tengah jalan karena "ga kuat". Yes, I do afraid  and I have tons of negative what-if(s).

Jadi, jikalau dikasih waktu lebih buat jawab pertanyaan yakin pindahan? Aku bakal jawab, aku ga tau dan menjelaskan kenapa dengan 3 paragraf di atas. Dengan tambahan, "aku ga tau, makannya aku pingin ngerubah medium tumbuhku, aku butuh daya luar yang sama-sama kuatnya dengan apa yang ada di dalam, jika misal nanti aku jatuh di tengah-tengah, setidaknya aku tidak berada di tempat yang sama saat aku menjawab pertanyaan ini"

Comments

Popular posts from this blog

Notulensi Majelis Ilmu Jogokariyan : Burung dan Semut #Part1

Untuk pertama kalinya, saya akan mengangkat topik mengenai apa yang saya percaya disini. Meski sudah seyogyanya tiap apa yang kita lakukan berlandaskan percaya, pengangkatan topik yang baru sekarang ini tidak lain tidak bukan merupakan pembuka atas semua tulisan. Penjelasan bahwasanya segala yang saya lakukan (termasuk menulis disini) sebenarnya merupakan implementasi kepercayaan yang saya yakini. Hasil paling akhir dari sebuah proses percaya dan berpikir. Percaya tidak ada apa apanya bukan apabila hanya diamini dalam dada tanpa aksi nyata.

2k16

First of all. Sorry it took some times for the post. Both contributor had to span holidays and we agreed to postpone our writing for the next deadline. So here I am. Writing (dedicated to this blog) for the first time in 2k16.

Pilot: The Beginning of The End

Have you ever think for once that life is short? Even though it's the longest we ever experience Or the more time we have, the more time there is to waste? As counter intuitive as it sounds, if life lasted forever we might never get around to asking someone out on a date, writing a journal, or traveling around the world, because there will always be tomorrow.

About (effective) crying

Lot of things happened recently. And to document what happened isn't easy for me, especially to express it verbally. But recent moments is enough to (again) realize and take a look on something: the more I resist to deny that I never cry, the more I have this ability to recall each tears I've spent on something. The more I want stuff to happen, the more likely it won't happened at all. The more I did not expect something foolishly, the more calmness followed.

Scene 2

                Dia paham disana ada semua yang dicarinya. Disapukannya jemari lentik berwarna nude itu ke antara buku-buku yang disampul plastik rapi. Entah, hari ini dia berakhir tertegun di rak huruf S. Dipandanginya barisan buku itu tanpa ampun. Bukan dia hendak memilih, bukan, dia hanya memastikan tidak ada yang terbalik penempatannya.