Saking hobinya volunteering, sekarang kemampuan bersukarelawananku merambah ke dunia pengangguran.
Selamat datang semester tua!
Dengan masa masa dag dig dug menunggu judul diterima apa engga, dengan kebimbangannya cari judul baru atau engga, dan mulai dibikin kurang waras gegara gabut.
Selamat datang semester tua!
Dengan masa masa dag dig dug menunggu judul diterima apa engga, dengan kebimbangannya cari judul baru atau engga, dan mulai dibikin kurang waras gegara gabut.
Iya, ini baru step awal buat garap skripsi, entar kalau uda jalan pasti masa di atas akan berubah jadi masa revisi proposal, masa mengejar dosen, dan masa demotivasi. Semua ada waktunya, dan dinamikanya sendiri.
Kenapa aku menggolongkan diri sebagai pengangguran voluntary padahal kartu tanda mahasiswaku masih aktif? Sesederhana karena definisi Anne Ahira soal hal tersebut sangat cocok denganku. Cek disini.
Selain karena sudah dapet wanti-wanti buat ga ikut kegiatan apa-apa selama penggarapan karya tulis syarat lulus strata 1 ini, kegabutanku juga disebabkan oleh hal-hal yang membuatku lebih konsen untuk menata hidup. Menata hidup, yang sering dilupa para sarjana saat mereka sudah tidak lagi berada di bawah jajahan harta orang tua mereka. Menata hidup, tentang belajar bagaimana menjadi siswa untuk diri sendiri dalam memahami kebutuhan intrapersonal kita. Menata hidup, menentukan satu spot unik masing-masing untuk berkontribusi pada masyarakat.
Tulisan ini untuk peringatan kepada diriku sendiri bahwa waktu tak berulang. Bahwa waktu dan semua sarana yang ada sekarang, dan aku ngakunya "gabut" akan dimintai pertanggungjawabannya nanti. Bahwa jika dihitung, energi yang harus dikeluarkan seorang penganggur lebih besar daripada orang yang biasanya bekerja. Sederhana karena mereka memulai dari titik yang berbeda.
Roti adalah roti, remah-remah roti juga adalah roti. -Pepatah Tajik-
Pepatah di atas adalah untuk peringatan, bahwa satu kebaikan tetap dihargai sebuah kebaikan. Dan penilai kebaikan paling adil bukan manusia, dan seharusnya kita tidak mengharap manusia untuk menilaimya. Tidak peduli kebaikan itu hanya menata sendal jepit di mushala atau menyiapkan sajadah untuk orang lain.
Walaupun berstatus pengangguran voluntary, jangan lupa untuk tetap menebar kebermanfaatan!
Tulisan ini untuk peringatan kepada diriku sendiri bahwa waktu tak berulang. Bahwa waktu dan semua sarana yang ada sekarang, dan aku ngakunya "gabut" akan dimintai pertanggungjawabannya nanti. Bahwa jika dihitung, energi yang harus dikeluarkan seorang penganggur lebih besar daripada orang yang biasanya bekerja. Sederhana karena mereka memulai dari titik yang berbeda.
Roti adalah roti, remah-remah roti juga adalah roti. -Pepatah Tajik-
Pepatah di atas adalah untuk peringatan, bahwa satu kebaikan tetap dihargai sebuah kebaikan. Dan penilai kebaikan paling adil bukan manusia, dan seharusnya kita tidak mengharap manusia untuk menilaimya. Tidak peduli kebaikan itu hanya menata sendal jepit di mushala atau menyiapkan sajadah untuk orang lain.
Walaupun berstatus pengangguran voluntary, jangan lupa untuk tetap menebar kebermanfaatan!
Comments
Post a Comment