Skip to main content

Tentang Tahun Baru Lunar

Lunar merupakan kata yang diserap dari bahasa latin luna yang berarti bulan dan lunaris yang merupakan kata sifat dari bulan. Penggunaan kata ini kemudian meluas pada abad pertengahan dalam berbagai bahasa dengan arti keterkaitan sesuatu dengan bulan. Kalau kalian berinteraksi dengan bahasa Inggris, kalian tentu tahu dengan kata lunatic bukan. Pada awalnya istilah tersebut digunakan untuk mengatai (atau melabeli) orang yang memiliki kelainan mental karena dipengaruhi bulan. Jaman itu peradaban manusia masih dalam tahap menyalahkan bulan sebagai biang keladi memang. Anyway, selamat tahun baru Tionghoa bagi yang mendapat manfaat karenanya!  
Tulisan ini ada salah satunya menanggapi perayaan tahun yang menurut etnis Tionghoa merupakan tahun monyet. Mari dibahas.
 
Kenapa ada kalender?

Kalender merupakan salah satu jenis sistem penanggalan. Dan penanggalan merupakan alat bantu manusia untuk menandai waktu. Jaman dimana arloji belum ditemukan, manusia menggunakan matahari dan bulan sebagai penanda bergantinya hari. Simpel. Kalau siang akan ada matahari. Kalau malam akan ada bulan.
 
Kenapa ada banyak kalender?
 
Karena patokan tiap orang untuk menandai waktu berbeda. Julius Cesar merupakan biang keladi dibalik kalender Gregorian yang banyak manusia bumi pergunakan hingga sekarang (2016 AD). Sistem kalender ini menggunakan siklus revolusi bumi relatif terhadap matahari sebagai acuan. Nah, untuk kalender yang berbeda, patokannya berbeda pula. Kalender Tionghoa dan Hijriyah misalnya, menggunakan siklus revolusi bulan relatif terhadap matahari sebagai patokan. Ada pula sebuah etnis di Meksiko bernama Maya (dikenal sebagai universal cycle) yang menggunakan objek langit lain sebagai patokan. Sepertinya mereka kurang tepat dalam memilih objek langit tersebut karena keberadaaannya tidak dapat ditelusuri lagi semenjak 2012 lalu.
 
Bumi-Matahari. Bulan-Matahari. ObjekLangit-Matahari. Intinya semua relatif terhadap matahari.

Julius Cesar? Gregorian?

Cesar adalah seorang terkenal jaman kerajaan Romawi yang memperkenalkan konsepsi dasar penanggalan yang kita kenal sekarang ini. Sistem yang ia buat kemudian diketahui memiliki banyak eror atau ketidaktepatan kalkulasi dan selanjutnya diganti dengan sistem Gregorian. Selanjutnya demi kemanfaatan bersama dan standardisasi internasional, sistem tunggal yang digunakan adalah sistem Gregorian ini.

Lalu kenapa masih banyak sistem kalender lain banyak digunakan?

Ritual. Budaya. Kepercayaan.
 
Bangsa Tionghoa percaya bahwa tiap tahun mulai dari sekitar 5000 tahun yang lalu memiliki simbol hewan yang merepresentasikan kejadian dan peruntungan di tahun yang bersangkutan. Penanggalan yang diciptakan di zaman kaisar Huang Ti sekitar tahun 2.698-2.599 BC itu adalah penanggalan yang paling lama digunakan dalam peradaban Manusia sebagai simbol perayaan tradisi leluhur mereka.
 
Etnis Maya menjadikan kalendernya sebagai acuan dan ukuran dalam menentukan hampir setiap kejadian yang mereka alami. Kalender yang mereka buat lebih kurang dibuat semacam jurnal perjalanan hidup manusia secara ilmiah. Untuk kemudian mereka jadikan sebagai arsip visual perjalanan hidup manusia.

Umat Muslim menggunakan kalender berbasis bulan sebagai acuan dalam menjalankan praktek salah satu dari lima pilar ibadahnya, yaitu berpuasa. Seluruh umat muslim di dunia akan melakukan ibadah ini ketika bulan Ramadan. Dalam Islam, bulan dan matahari dikenal sebagai alat penanda waktu dan perhitungan lainnya (QS10:5).
 
Jadi sebenarnya etnis Tionghoa dan umat Muslim memiliki patokan yang sama ya? Tapi kenapa tahun baru lunar etnis Tionghoa berbeda dengan Muslim? 

Awal tahun baru Tionghoa saya kurang paham asal muasalnya. Namun awal tahun baru Islam diambil dari peristiwa hijrahnya Muhammad. Adalah Umar Ibn Khattab dibalik penanggalan Islam saat ini.

Dan, iya. Berbeda. Bisa dikatakan, penanggalan Islam benar-benar murni berbasis waktu revolusi bulan mengelilingi bumi, 27,3 hari. Dihitung dari saat penampakan hilal dari bumi. Hilal adalah bulan sabit yang sangat tipis. Meski perhitungannya berbasis bulan, sistem penanggalan Tionghoa memasukkan unsur matahari. Penetapan awal bulannya lebih sederhana. Patokannya bukan hilal, melainkan waktu konjungsi antara bulan dan matahari atau saat bulan dan matahari terletak segaris relatif terhadap bumi. 

Sementara penentuan tahun barunya relatif sederhana, perhitungan tahun dalam penanggalan China sedikit rumit. Dengan memasukkan unsur musim, satu bulan dalam kalender Tionghoa tetap berlangsung antara 29 dan 30 hari seperti sistem kalender Islam. Namun, kemudian, akan ada bulan kabisat atau Lun Gwee. Masuknya perhitungan musim inilah letak perpaduan unsur matahari dan bulan dalam kalender Tionghoa.
 
Jika memakai unsur bulan saja, tahun baru dalam kalender Tionghoa akan sama nasibnya dengan tahun baru Islam. Namun dalam Islam dikenal istilah Nasi' (QS9:36-37) yang mana memasukkan unsur musim atau mengulur waktu tidak diperkenankan. Sementara sebagai bangsa agraris, musim sangatlah penting bagi etnis Tionghoa.
 
Lalu kapan kita bisa minta angpau nya?
 
Kapan saja. Selama etnis Tionghoa masih mewarnai kehidupan kita, kamu dapat menerima angpau dari mereka pada saat perayaan ini berlangsung.
 
Semoga bermanfaat. Selamat bertengah pekan!

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Kreasi dan Konsumsi

Bagaimana kita mencerna berpengaruh terhadap kualitas aksi yang kita lakukan. Apa yang menjadi asupan kita bertindak sebagai bahan bakar semangat. Dan kapan aksi yang kita lakukan menjadi gambaran bagaimana hidup akan berjalan.

Scene 2

                Dia paham disana ada semua yang dicarinya. Disapukannya jemari lentik berwarna nude itu ke antara buku-buku yang disampul plastik rapi. Entah, hari ini dia berakhir tertegun di rak huruf S. Dipandanginya barisan buku itu tanpa ampun. Bukan dia hendak memilih, bukan, dia hanya memastikan tidak ada yang terbalik penempatannya.

Pilot: The Beginning of The End

Have you ever think for once that life is short? Even though it's the longest we ever experience Or the more time we have, the more time there is to waste? As counter intuitive as it sounds, if life lasted forever we might never get around to asking someone out on a date, writing a journal, or traveling around the world, because there will always be tomorrow.

On Piece of Believing

As much as I like to have faith in Islam, a piece of belief can never reflect me as a whole. To believe isn’t necessarily represent the beliefs itself. And to believe can never ever tells us what’s wrong with the beliefs. But as a conscious and rational human being, we have to proceed with a given acceptable method (or invent one). To know what’s wrong is to know thyself.

Review Menulis

Terhitung awal Maret, ketekunan menulis di portal ini yang dimulai semenjak Agustus 2015 sedikit terganggu. Sebagai gantinya, bulan ini akan ada banyak tambahan tulisan dari bulan lalu. Sedikit kealpaan di dunia maya penulisan selalu jadi justifikasi paling masuk akal karena beragam tuntutan tanggungan yang menggunung. Tapi untuk membiasakan budaya tidak gampang pamrih dan konsisten, tulisan ini hadir.