Skip to main content

Tentang Manusia dan Maaf


Pada ranah praktis, manusia itu bisa disebut sebagai makhluk paling lemah. Dibanding dengan ciptaan yang lain, ia hanya diciptakan dari segumpal tanah. Sebuah substansi yang ada paska bereaksinya substansi lain berupa energi. Bandingkan saja dengan cahaya dimana ia bisa menjadi sebuah substansi maupun bentuk energi, atau api yang padanya tercipta hangat, hasrat, dan kibasan simbol khidmat. Tapi kenapa justru dari kehinaan tersebut, semua substansi lain dipersujudkan kepadanya? Bagaimana logikanya hal ini bisa dirunut terjadi? Apa yang membuat tanah tersebut berbeda dari substansi lainnya? Tiga pertanyaan tersebut akan menjadi bahasan utama tulisan yang akan kalian baca seterusnya ini.

Ketika sebuah fenomena terjadi, banyak kejadian yang dapat dijadikan justifikasi mengapa hal tersebut terjadi. Pun banyak pula perangai yang timbul sebagai respon. Semua hal terjadi karena memang semua hal tersebut digariskan terjadi. Yang menurut penulis perlu digarisbawahi adalah mengerti esensi yang dapat kita ambil terkait fenomena yang bersangkutan. Lalu dari pelajaran tersebut bagaimana bisa diaplikasikan setelah mengetahui. Dan pada akhirnya, eksekusi secara efektif dan efisien yang strategis akan hal tersebut.

Tentang mengapa.

Sebagai sebuah substansi tunggal tanah dapat berfungsi sebagai medium tempat energi singgah. Tak seperti api bila ada energi yang berlawanan justru akan menimbulkan equilibrium. Atau dapat mengalami perubahan dalam bentuk energi dari satu ke lainnnya. Pun sama halnya dengan bentuk substansi energi lain. Mengapa tanah adalah pertanyaan yang menunjukkan alasan. Dan menurut pencipta tanah, ia dilebihkan dengan ilmu yang tersemat padanya. Karena pada tanah ada tempat bersinggah. Medium untuk diisi. Dan medium itu sendiri yang menjadikan satu tanah dan tanah lainnya berbeda. Entah lebih ditinggikan derajatnya karena apa yang diisikan padanya. Entah dimuliakan karena guna yang ialakukan. Entah disucikan dengan nikmat karena kepercayaannya. Itulah mengapa kita dapat melihat tanah gersang bila diberikan padanya api. Dan dapat menumbuhkan organisme lain bila diberi hara yang bernutrisi.


Tentang bagaimana.


Pada sujud tersemat dua makna. Satu adalah pengagungan. Simbol pendekatan pada yang disujudi. Bentuk kedua dari sujud adalah prosesi selamat dan penghormatan. Dalam konteks tanah dengan substansi lainnya, makna sujud kedua yang digunakan. Itupun dapat dimaknai setelah sebuah amandemen. Pemaknaan bahwa tidak ada yang layak disembah kecuali pada yang maha memaknai. Kecuali sebuah titah dari seorang baginda pada zaman itu. Pemimpin yang dipercaya dan diberi amanat dari yang maha memberi kuasa. Bahwasanya sujud dapat dilakukan pada sepasang sebagai bentuk cinta dan hormat.

Tentang apa.

Karena pada manusia adalah tempat berbuat salah dan lupa. Dan tanah hanyalah salah satu persinggahan sebuah energi sebelum menjadi bentuk lainnya. Medium sementara pun bisa jadi selamanya karena toh kita tak pernah tahu pasti akhir dari semuanya. Katalis sekaligus penghambat proses evolusi, meski dapat dikalkulasi apa yang akan terjadi. Dan sepatutnya salah dan lupa dimaklumi oleh sesama manusia. Karena tanpah salah toh manusia tak akan pernah berpikir dan berbenah.

Karena pada akhirnya, tidak ada satupun yang bisa menghentikan kodrat manusia untuk berbuat salah. Dan ketika itu terjadi tugasmulah sebagai sesama manusia lain untuk memafhumi itu. Membiarkan dia belajar untuk mengetahui mana yang benar. Dan menjadikannya landasan untuk bertindak di masa depan.
Lalu, apakah kita sudah cukup berani untuk sadar berbuat salah dan bersikap terhadap pelaku salah itu sendiri?

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Kreasi dan Konsumsi

Bagaimana kita mencerna berpengaruh terhadap kualitas aksi yang kita lakukan. Apa yang menjadi asupan kita bertindak sebagai bahan bakar semangat. Dan kapan aksi yang kita lakukan menjadi gambaran bagaimana hidup akan berjalan.

Ayah yang Khawatir

Menurutku, semakin kita bertambah dewasa, beberapa istilah yang kita kenal dari kecil akan berubah perwujudan konkretnya di kepala, antara melebar dan mendalam. Kita tidak lagi terpaku hanya pada makna harfiah saja. Istilah hanya digunakan untuk mengerecutkan maksud komunikator kepada komunikan. Pemahaman komunikan, lagi-lagi dipengaruhi  oleh perubahan tersebut.