Skip to main content

Pendakian: Warna-warni

"There is a voice that doesn't use words. Listen." - Djalaluddin Rumi

(1/3)
 
Jatuh di lubang kelinci yang sama. Terpeleset oleh kulit pisang. Otot anggota tubuh teregang semut. Cedera datang bernama keram. Dan beragam idiom lain yang tercipta untuk menggambarkan sebuah ketidak sesuaian harapan dan realita baik yang terjadi karena kehendak sendiri atau bukan.

Saya sangat paham, setelah sebuah perjalanan berlalu, akan selalu ada nilai yang bertambah pada diri seorang penjelajah. Dan penambahan-penambahan yang ada, walau jumlahnya tergantung dari bagaimana cara seorang mencerna, bukan hanya mempertajam akal dan batin, namun juga rasa. Dan dengan rasa yang terasah dengan baik, beriringan pula kontrol diri yang baik.

Kalau dibayangkan, kadang hidup ini lucu. Suatu saat akan ada masa dimana kita merasa puas. Namun di waktu lain, kepuasan yang pernah dirasa akan senantaisa terganti dengan kepuasan lain. Atau bahkan kita sendiri bingung apakah kepuasan itu dapat berada di keadaan setimbang. Nol. dan hal ini berulang. Terus dan terus hingga kita sendiri tak tahu kapan hal ini akan berhenti.


credit to: lifehack.org
 
Meminjam istilah Rumi yang lain, do not seek water, get thirst, saya membayangkan bahwa sejatinya hidup ini hanyalah proses berlelah-lelah. Akan selalu ada gunung untuk didaki. Udara untuk dihirup. Dan tentunya mimpi untuk dikejar. Dan diantara nya terletak kelelahan tersebut.

Melihat grafik yang ada, kadang kepuasan hidup dapat beragam tergantung dimana letak motivasi berada. Seiring dengan berjalannya hidup dan motif orang menjalaninya, kepuasan seorang dapat beragam. Terus begitu hingga motif berakhir. Atau motiv yang sudah tiada. Atau bahkan ketiadaan motiv itu sendiri dari awal, bagi beberapa.

Kalau direnung, semakin adanya motivasi dapat berkorelasi positif dengan kebahagiaan seorang, yang mana membuatnya puas dengan hidup. Namun hidup tidak berlaku seperti itu. Motivasi kadang hanyalah tentang antusiasme. Sering urung berkaitan dengan visi dan impian. Dimana dua hal ini secara ironi merupakan langkah fundamental untuk mendapatkan sesuatu. Ya. Untuk mau kita harus tahu bagaimana menuju titik itu. Bukan hanya angan yang berkata begitu.

Seperti banyak pepatah terdengar, hidup itu berdetak naik turun. Cukup sudahlah perjalanan seorang apabila tak ada jalan terjal untuk didaki ataupun lembah untuk disusur. Karena kau tahu apa? Tak ada kapal yang berjalan tanpa ombak. Tak ada dakian tanpa tanjak. Tak ada hidup tanpa detak.

Comments

Popular posts from this blog

2k16

First of all. Sorry it took some times for the post. Both contributor had to span holidays and we agreed to postpone our writing for the next deadline. So here I am. Writing (dedicated to this blog) for the first time in 2k16.

Pengingat untuk Revisi Proposal

Terima kasih kepada panic attack yang tahu diri sudah muncul 3 hari sebelum hari H. Terima kasih atas reaksi yang keluar dari hasil reaksi adenosin tri fosfat pada tengah malam. Terima kasih telah menjaga saya dalam misi revisi latar belakang proposal!

Notulensi Majelis Ilmu Jogokariyan : Burung dan Semut #Part1

Untuk pertama kalinya, saya akan mengangkat topik mengenai apa yang saya percaya disini. Meski sudah seyogyanya tiap apa yang kita lakukan berlandaskan percaya, pengangkatan topik yang baru sekarang ini tidak lain tidak bukan merupakan pembuka atas semua tulisan. Penjelasan bahwasanya segala yang saya lakukan (termasuk menulis disini) sebenarnya merupakan implementasi kepercayaan yang saya yakini. Hasil paling akhir dari sebuah proses percaya dan berpikir. Percaya tidak ada apa apanya bukan apabila hanya diamini dalam dada tanpa aksi nyata.

Shed: Tony Robbins's Gold

Some times what we write isn't good enough. For as your writing reflects what your readings are, I believe there is always a good time to feature other's writing. For us to just give it a comment. Not to add or criticize anything over it. So, here's writing from one of my favourite motivational source re-writed by Times. Happy reading!