Skip to main content

Atma Ala Kredo

Berlayar jauh ke ujung lautan, para pelaut pada zaman pertengahan dengan gagah mengarungi samudera. Tempat dimana segala kemungkinan terburuk dapat engkau temukan dan sangat erat keterkaitan probabilitas tadi terasosiasi dengan kesendirian, ketertidakdugaan, bencana alam, dan ketidakpastian. Tidak. Bukan perihal tersebut membuat para penjelajah laut pantang. Mereka paham bahwa Crux atau gubug penceng adalah patokan orientasi kembali. Pengetahuan akan jalan untuk kembali pulanglah alasan utama keberanian tiap insan dalam pelancongan. Kalau dipikir lagi; hal ini sifatnya prinsipal dan berlaku universal, bukan?

Dalam pengembaraan, hal besar yang telah dilakukan untuk bertahan akan selalu terkenang. Soekarno merupakan simbol pergolakan. Semangat melawan ketertindasan adalah energi utamanya berjuang. Keputusan strategis merupakan model eksekusinya. Kalau tidak, Indonesia yang sekarang kita kenal mungkin memiliki warna lain berupa dominansi egalitas. Kalau tidak, materi buku sejarah tidaklah sejanggal pemotongan peristiwa khususnya sekitar tahun 65. Habibie merupakan simbol teknokrasi. Pengedepanan rasio dalam tiap pengambilan keputusan merupakan kunci. Kalau tidak, bagaimana bisa seorang kepala negara dapat menjustifikasi lepasnya bagian nusantara untuk merdeka di depan rakyatnya.

Tiap manusia berarti melekatnya tiap atribut unik padanya. Atribut ini kemudian sedikit banyak berpengaruh terhadap penempuhan pilihan cabang jalan tersedia. Atribut ini pula dapat dilekatkan pada entitas secara ekspisit atau proses pemahaman independen. Yang jelas, kompleksitas atribut individu sangat beragam tergantung paparan nilai kehidupan yang dilintasi. Dan satu hal perlu digarisbawahi: atribut menentukan aksi.

Bagi seorang pejuang kemanusiaan, norma yang ia dapat dari keluarga banyak ia dapat dari pergantian diam dan keterbukaan. Keterbukaan menjadikannya mafhum atas kekuatan kelembutan hati dalam penyetiran laku manusia. Diam mengajarinya merenung untuk menjadi lebih peka akan banyak pelajaran nirsabda. Diam pula yang mendidiknya untuk menjadi seorang pendengar. Dua telingan dan satu mulut tentu ada maksudnya bukan. 

Bagi seorang pejuang kebenaran, keagungan penyampaian dan pemahaman akan kebenaran itu sendiri adalah sebuah keniscayaan. Tidak adanya penyampaian kebenaran adalah suatu dosa besar dalam tiap nafas terbuang. Kau tahu bagaimana mapuhnya kekuatan dari sebuah kebenaran? Ia dapat menerangi jalan pulang. Hal naluriah pengembara manapaun akan lakukan setelah menemukan jalan kebenaran dan menyampaikannya. Jalanan memang tidak selalu beraspal, tapi bunga di tepi jalan cukup untuk mengobati pilu potensi kegalalan mereproduksi masa depan ideal.

Ketika dua pejuang ini melebur, kau akan temukan keselarasan pada manusia. Keselarasan dalam berpikir dan merasakan nikmatnya berpikir. Keselarasan akan nikmat berbagi dan bergerak untuk mencari cara melakukannya lagi. Keduanya menghasilkan keutuhan. Keutuhan yang hanya akan hadir dengan penyertaan kebermanfaatan yang tersebar. Harum nan elok menghiasi sudut relung paling dalam tiap insan.

Tapi jangan kau lupa. Untuk menjadi kesatuan harus ada penyesuaian. Tak bisa kau paksakan air dan minyak bersinergi seketika. Ada buffer yang menjembatani keduanya. Untuk paham apakah itu kemanusiaan, kebenaran perlu belajar arti senyum penuh ketulusan. Untuk paham apakah itu kebenaran, kemanusiaan perlu belajar perbedaan bertindak dengan benar dan bertindak benar. Pun untuk masing-masing belajar dari dirinya sendiri, refleksi adalah proses kontinu tanpa mengenal variabel waktu. Sekali saja kealpaan akan waktu terjadi, apalah arti sebuah aksi tanpa makna yang menyertai? Apalah arti melakukan sesuatu tanpa ruh mengompori? Apalah arti melakukan arahan tanpa nyawa dari diri sendiri?

Mungkin benar kau bilang ada nilai yang kau ambil dan kau perjuangkan hingga kini. Mungkin kau benar. Tapi ketika nanti kau belajar menyatukan pemikiran, siapkah kau melepas semua premis-premis usang tak relevan dengan beribu nilai yang kau harapkan benar dan merupakan hasil dua buah pikiaran?

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Kreasi dan Konsumsi

Bagaimana kita mencerna berpengaruh terhadap kualitas aksi yang kita lakukan. Apa yang menjadi asupan kita bertindak sebagai bahan bakar semangat. Dan kapan aksi yang kita lakukan menjadi gambaran bagaimana hidup akan berjalan.

Ayah yang Khawatir

Menurutku, semakin kita bertambah dewasa, beberapa istilah yang kita kenal dari kecil akan berubah perwujudan konkretnya di kepala, antara melebar dan mendalam. Kita tidak lagi terpaku hanya pada makna harfiah saja. Istilah hanya digunakan untuk mengerecutkan maksud komunikator kepada komunikan. Pemahaman komunikan, lagi-lagi dipengaruhi  oleh perubahan tersebut.

Kisi Kisi

Dalam perjalanan saya menuju Jogja beberapa waktu lalu, saya dibuat dibuat geleng kepala oleh sekerumunan ibu ibu. Posisi saya saat itu adalah berhenti di sebuah produsen tahu bakso terkenal seantero Pulau Jawa. Saat itu terdapat juga beberapa rombongan rombongan besar. Kemudian selesai memilih belanjaan saya mengantri. Pada dua kasir yang tersedia terlihat satu antrian mengular sementara kasir yang lain hanya berisi dua orang entah kenapa. Lalu dengan sigap saya pun ambil pilihan normal manusia yang tidak ingin mengantri lama. Disitulah saat dimana dua pasukan negara api menyerang menuju ruang antara saya dan orang di depan saya.