Skip to main content

Pengingat untuk Revisi Proposal

Terima kasih kepada panic attack yang tahu diri sudah muncul 3 hari sebelum hari H. Terima kasih atas reaksi yang keluar dari hasil reaksi adenosin tri fosfat pada tengah malam. Terima kasih telah menjaga saya dalam misi revisi latar belakang proposal!

Wohhoooo sudah hampir akhir April. Alhamdulillah ada long weekend di awal Mei, biar mahasiswi yang doyan makan ini bisa sejenak “bebas tugas”. Iya, segitunya kami (saya, otak saya, dan tubuh saya) ingin berhenti sejenak dari dinamika rutinitas. Jadi inget obrolan sama teman kos beberapa jam yang lalu...

“tugas tuh...hhmmm...” *ambil nafas panjang, hembuskan

“iya ya, aku ngerasa suwung semester 4 ini(suwung means sepi, pemirsa)

“HAHAHAHAHA (ngetawain diri sendiri), tunggu akhir semester 5 sampe sepanjang semester 6 ya”

Percakapan macam ini bikin mikir, aku orangnya suka ngasih hadiah buat diri sendiri. Kemaren waktu akhir semester 5 yang kerja rodi sampe megap-megap di akhir, aku ngasih iming-imingnya liburan ke diriku sendiri. Nah ini, semester 6, aku ngasih iming-iming titel “bebas teori” dan pengalaman seru KKN (tolong jangan rusak pengharapan saya dengan cerita KKN menyedihkan anda). Ya sah kan? Selama itu ngebuat kita tetep jalan, maksa diri sendiri buat rutin masuk kelas pagi dan ga kabur di tengah-tengah kelas.

Oiya, terima kasih koperasi kampus yang memberi harga murah pada semua komoditinya termasuk mi instan yang saya makan malam ini. Energinya cukup menggerakkan buat melek-tapi-tetep-angop dan ga-mau-tidur-sebelum-revisi-latar-belakang-kelar. *Maaf buk, malam ini aku makan mi instan, habis pingin banget

Hal absurd yang mau aku terima kasihin lagi adalah orang-orang yang hari ini nyemprot salah arah dan salah fokus. Terima kasih karena memberi saya tes sabar dadakan, kalau boleh request besok ngetesnya lagi kalau aku uda sarapan ya. Terima kasih kepada mereka juga karena aku sadar, aku masih punya tenaga cadangan yang melimpah ruah buat memberi pemahaman (padahal uda mau nelen hape).

Waiya, jadi inget 2 malam yang lalu saya diberi tantangan buat nasehatin orang. Pikir saya, elah percuma aku ngomel malam itu soalnya aku tau si target ini uda aktivitas seharian dan pasti lelah fisik, ya ngapain gitu bikin orang lain tambah capek, hari itu saya sudah capek hati :’) . Etapi, karena mendesak, akhirnya saya ceramah juga.

Ini jelas buat peringatan saya juga (balik lagi di awal), untuk tidak menunda sesuatu kewajiban. Saya tahu saya harus revisi proposal dari tanggal 15 April, tapi toh baru saya kerjakan tanggal 26 April, padahal deadline nya adala 29 April. Anomali, batin saya.

Kenapa anomali? Karena saya termasuk jenis orang yang risih punya tanggungan. Tapi proposal ini? HAHAHAHAH saya dengan santai masih bisa creambath dan bahkan belum menyentuhnya saja saya udah sakit panas. Ini kenapa coba Ya Rabb.

No. No. Ga ada masalah sama dosenku, judul seksi, alasan pemilihan judul juga lolos dengan mulusnya. Teknisnya lancar. Tapi tetep aja ga menafikkan fakta bahwa draft proposal ini ngendon di meja belajar selama 11 hari. Ajaibnya lagi, karena alasan menghindari proposal, aku jadi lebih semangat buat ngerjain yang tanggungjawab yang lain. Macem “apa aja deh gue kerjain sini asal proposalnya bisa nanti an lagi ya ya”.

Aku ga pernah percaya sih sama kutukan proposal skripsi atau tahap penelitian ilmiah lainnya yang berbunyi “entar garap lagi kalau uda ada wangsit”. Permisi tante, itu nyekripsi apa boker? Umur-umur seaku gini, fenomena umum yang dihadapi mahasiswa semester 6 adalah “takut sama judul sendiri”.

Takut sama judul ya cemacem, susah cari kata buat mencerminkan judul yang kita maksud, susah memulai kalimat pertama, takut belepotan bagian-bagiannya ga sesuai, takut argumen melebar, takut fakta yang dikasih ga berhubungan (menurut kita sih ada, tapi orang lain liatnya itu maksa, yaaa hubungan semu subjektif lah) *tidak bermaksud menyinggung siapapun.

Kalau uda kaya gitu, pesen saya (buat diri sendiri juga), mikirnya jangan mandeg. Ini berarti, kamu harus siap siaga bawa note kecil kemanapun, buat nulis kalau tiba-tiba inget atau nemuin sesuatu yang nantinya bisa jadi bahan elaborasi lebih lanjut. Juga, jangan lupa, jangan simpen masalah sendiri. Kalau mau bersyukur, ya curhat ke orang yang juga lagi bingung sama kita, biar sama-sama bingung dan moral* terangkat. Kalau mau progresif ya ketemu dosen, berbagi pendapat dan curhatan soal semester-uda-nikah-aja-ini.

*moral disini aku refer ke pengertian kata moral dalam pertahanan, moral tinggi dari seorang prajurit adalah perasaan yang bersifat insting dari kekuatan dan kebesaran, dimana mampu untuk memberikan kepercayaan diri dan kepastian untuk menang melalui kemampuan yang tak terkalahkan. Disini, saya prajuritnya, dan musuhnya rasa-malas-revisi-proposal.

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Kreasi dan Konsumsi

Bagaimana kita mencerna berpengaruh terhadap kualitas aksi yang kita lakukan. Apa yang menjadi asupan kita bertindak sebagai bahan bakar semangat. Dan kapan aksi yang kita lakukan menjadi gambaran bagaimana hidup akan berjalan.

Scene 2

                Dia paham disana ada semua yang dicarinya. Disapukannya jemari lentik berwarna nude itu ke antara buku-buku yang disampul plastik rapi. Entah, hari ini dia berakhir tertegun di rak huruf S. Dipandanginya barisan buku itu tanpa ampun. Bukan dia hendak memilih, bukan, dia hanya memastikan tidak ada yang terbalik penempatannya.

On Piece of Believing

As much as I like to have faith in Islam, a piece of belief can never reflect me as a whole. To believe isn’t necessarily represent the beliefs itself. And to believe can never ever tells us what’s wrong with the beliefs. But as a conscious and rational human being, we have to proceed with a given acceptable method (or invent one). To know what’s wrong is to know thyself.

Review Menulis

Terhitung awal Maret, ketekunan menulis di portal ini yang dimulai semenjak Agustus 2015 sedikit terganggu. Sebagai gantinya, bulan ini akan ada banyak tambahan tulisan dari bulan lalu. Sedikit kealpaan di dunia maya penulisan selalu jadi justifikasi paling masuk akal karena beragam tuntutan tanggungan yang menggunung. Tapi untuk membiasakan budaya tidak gampang pamrih dan konsisten, tulisan ini hadir.

Wanita dan Peranannya

Pagi itu kelas keakhwatan di pesantrenku kosong karena ustadzah yang mengampu berhalangan hadir. Jadilah pemandu kami menugaskan kami untuk menulis tentang peran perempuan secara umum. Here's my answer.