Skip to main content

Sebenar-benar Cantik

Label itu relatif. Period.

Cuaca kita sebut panas karena temperatur? Itu relatif terhadap kemampuan kita mentoleransi kalor
Senior kita bilang pandai? Itu relatif terhadap seberapa penasaran kita akan banyak hal
Teman kita katain baik hati? Itu relatif terhadap seberapa banyak kita berkontribusi untuk orang lain
Ayah dan ibu kita ucapi dewasa? Itu relatif terhadap kearifan dan waktu selama di dunia
Orang kita puji cantik? Itu relatif terhadap atribut yang melekat padanya.
 
Well, relatif memang selalu terkait dengan tolak ukur. Tanpa patokan, manusia bisa bingung kemana harus berjalan. Tanpa pegangan di awal, manusia tak akan mampu berjuang. Tanpa ukuran, manusia tak akan pernah memampukan yang benar.
Lalu jika kita tahu semua hal adalah relatif, mengapa masih harus kita pikirkan?
Apa benar yang ita lakukan selama ini itu baik?
 
Lagi lagi itu relatif.
 
Tolak ukur itu ada untuk menjembatani akal manusia. Ibarat makan, kita tahu kita seyogyanya berhenti sebelum kenyang. Tak cuma makan, segala sesuatu itu mesti ada tandanya. Jakun ada karena bertambahnya usia. Menstruasi ada karena kita sudah cukup dewasa.
 
Jadi apa sebenarnya label?
 
Label itu batas atas satuan ukur. Kita memberikan label untuk memudahkan orang lain memahami batas yang kita punya. Oleh karenanya tak sepatutnya kita heran akan label yang berbeda. Malah, label memberi kita pelajaran untuk berpikir akan diversitas. Perbedaan. Tiap orang memliki label yang jika kita dapat belajar label darinya, kita akan bisa tahu dunia nya.
 
Lantas bagaimana menyikapinya?
 
Kita harus arif. Menempatkan label label itu pada tempatnya. Bukan justru untuk dicela.
Bicara tentang batas, aku ingin memberitahumu tentang salah satu kata yang sering dipakai menjadi sebuah label. Kali ini aku akan membahas cantik.
 
Menurutku, saat ini orang terlalu mudah untuk melontarkan pujian. Bukan berarti aku tidak setuju dengan mereka yang murah pujian akan sesama. Aku justru sangat menghargai mereka yang berani untuk mengapresiasi (perlu digarisbawahi ada makna memuji dan apresiasi yang berbeda). Namun, antisipasi akan berlebihan itu sendiri. Berlebih dalam memuji akan memunculkan norma masyarakat gemar dipuji. Alih alih mawas diri dan introspeksi, yang ada justru malah besar kepala dan jumawa. Mau jadi apa generasi ini kelak? Konsepsi tentang label ini harus dipahami tiap orang.
 
Untuk kali ini, tulisan akan diarahkan untuk membahas label cantik.
Demi berbagi. Demi meluruskan. Demi memberi konsesi akan apresiasi.
 
Cantik itu semangat mengejar mimpi. Semangat yang terpancar pada mata akan keinginan melihat perubahan dalam kebaikan. Mata yang membuat orang lain di sekitarnya bisa terpacu untuk melakukan hal yang lebih untuk itu
 
Cantik itu berani. Bukan berarti tidak takut akan apapun, namun lebih pada penekanan bisa mengalahkan rasa takut dengan berbagai konsekuensi. Resiko legam terbakar. Resiko jatuh terkapar. Resiko malu.
 
Cantik itu menjadi diri sendiri. Bukan hanya karena hereditas kita menjadi seperti yang sekarang ini. Namun justru karena kita tahu kita tumbuh darimana, kita berevolusi untuk jadi lebih baik daripada hal tersebut. Menjadi diri sendiri juga dalam artian melepaskan hidup dalam kepalsuan. Tahu akan kebebasan yang diinginkan. Dan terus berjuang akan kebebasan yang bertanggung jawab tersebut. Karena kita menunjukkan siapa diri kita yang sesungguhnya tanpa rasa takut adalah perbuatan yang patut untuk diapresiasi.
 
Cantik itu menjadi pusat perhatian dengan alami. Tak perlu berlindung dengan penampilan berlebih. Tak perlu berteriak lantang karena ucapan ingin didengar. Dengan cantik alami, tanpa diminta orang akan tahu dengan kebaikan kebaikan yang telah diperbuat. Dengan sendirinya pula, orang akan tahu seberapa tajamnya pikir manusia lain. Karakter yang bersahaja lah yang menjadikan diri seseorang pusat perhatian. Cantik adalah berani berani menjadi diri sendiri dengan cara yang sederhana.
 
Cantik itu tahu bagaimana menyampaikan sesuatu dengan baik. Cantik itu mampu berkomunikasi dengan efektif. Tahu kapan harus mendengar dan didengar. Tahu kapan harus menjelaskan dan tahu kapan harus hemat ucap. Tahu dengan yakin poin apa yang ingin dan menurut orang tersebut penting untuk disampaikan. Sadar bahwa dalam setiap ucap, harus diiringi dengan olah otak sebagai pertanggungjawaban.
 
Cantik itu mandiri. Egosentris dan kesadaran untuk menilai dan mengasah kemampuan ada untuk diterapkan pada diri sendiri. Berdiri di kaki sendiri untuk hal hal yang bisa diatasi dengan tangan sendiri. Berteguh pada akal sendiri untuk masalah yang dapat dicari jawabannya sendiri dengan berpikir. Cantik itu ndak pernah keberatan untuk melakukan banyak hal seorang diri. Justru karena kemampuan atas diri yang diatas rata rata ini tak jarang orang lain jadi kena imbasnya. Mereka terbantu akan diri yang mampu menjaga dirinya sendiri. Pernah terbayang berapa banyak pekerjaan di dunia ini yang ada "hanya" karena manusia butuh manusia lainnya dan tidak mandiri?
 
Cantik itu mau peduli selain diri sendiri. Meski tahu kita lahir dan matipun toh bakal sendiri. Peduli dengan apa yang terjadi pada hal di sekeliling. Ketika orang lain tertimpa masalah, seorang yang cantik menganalisa dengan bertanya pada mereka dan menawarkan bantuan dengan suka rela. Ketika keberadaan diri bisa bermanfaat bagi orang lain, cantik inilah yang terpancar dari orang yang melakukannya.
 
Cantik itu memiliki pikiran yang terbuka. Dengan berbekal pengetahuan sebelumnya, seorang yang cantik bijak untuk sadar bahwa dia tidak ada apa apanya. Selalu ada hal yang mesti tidak kita ketahui. Selalu ada pertanyaan yang bisa ditanyakan terhadap orang yang berbeda. Selalu ada pelajaran yang didapat ketika berjumpa orang di kesempatan yang tak sama. Cantik itu wawasan yang luas disertai penghormatan. Menghormati pendapat orang lain tanpa harus menghakimi atau mengkritisinya dengan cara yang tidak sopan. Perasaan diri yang paling benar tak akan pernah ada. Cantik itu memilih untuk selalu penasaran dan memikirkan pendapat orang lain sebagai pengetahuan barumu.
 
Cantik itu paham bahwa manusia tidak sempurna. Dan ndak akan pernah bisa untuk menjadi kesempurnaan itu sendiri. Yang seorang cantik tahu, satu satunya yang bijak di dunia adalah memberikan apa yang bisa dia berikan. Semua orang pasti pernah berbuat salah, dan seorang yang cantik tahu kesalahan kesalahan itu adalah bagian dari sebuah proses hidup yang harus dilalui. Apa yang kubilang cantik, adalah selalu berusaha melakukan yang terbaik meski tahu hasilnya tak akan pernah sempurna. Tapi melakukan hal secara sempurna adalah yang bisa kita lakukan untuk menjadi lebih baik tiap waktunya.
 
Cantik itu ndak butuh persetujuan orang lain. Cantik itu bukan didapat dari persetujuan atau penerimaan orang lain. Dan orang lain tidak ada hubungannya dengan kecantikanmu. Hanya karena orang lain bilang padamu cantik belum tentu cantik itu ada padamu. Hanya karena beberapa orang tidak mengamini perbuatanmu bukan berarti kamu behenti melakukan apa yang kamu lakukan. Cantik itu tahu apa maumu. Ketika melakukan dan menyampaikan suatu hal yang berbeda dari orang lain, kamu ndak merasa takut jika mereka menolakmu. Cantik itu paham betul jika apapun yang dilakukan ndak selalu bisa diterima oleh orang lain. Ketika kita bisa berdamai dengan keadaan ini, kita bisa bebas menjadi diri kita sendiri. Seorang yang cantik tahu menjadi cantik itu tidak sama dengan menjadi seragam.
 
Cantik itu selalu memiliki keyakinan. Optimisme dalam menghadapi segala hal yang dihadapi dalam hidup. Menjadi optimis tidak sama dengan sombong atau takabur. Menjadi optimis adalah sama dengan berusaha mencari yang terang di antara yang gelap, menjadi penerang pada kegelapan, dan sebisa mungkin tak mengeluh atas apa yang terjadi.
 
Cantik itu energi yang terpancar dari mata yang menatap orang lain.
Terimakasih untuk wanita wanita cantik yang membaca tulisan ini dan yang diluar sana! Kalian adalah inspirasi adanya tulisan ini. Teruslah menjadi cantik.

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Kreasi dan Konsumsi

Bagaimana kita mencerna berpengaruh terhadap kualitas aksi yang kita lakukan. Apa yang menjadi asupan kita bertindak sebagai bahan bakar semangat. Dan kapan aksi yang kita lakukan menjadi gambaran bagaimana hidup akan berjalan.

Scene 2

                Dia paham disana ada semua yang dicarinya. Disapukannya jemari lentik berwarna nude itu ke antara buku-buku yang disampul plastik rapi. Entah, hari ini dia berakhir tertegun di rak huruf S. Dipandanginya barisan buku itu tanpa ampun. Bukan dia hendak memilih, bukan, dia hanya memastikan tidak ada yang terbalik penempatannya.

On Piece of Believing

As much as I like to have faith in Islam, a piece of belief can never reflect me as a whole. To believe isn’t necessarily represent the beliefs itself. And to believe can never ever tells us what’s wrong with the beliefs. But as a conscious and rational human being, we have to proceed with a given acceptable method (or invent one). To know what’s wrong is to know thyself.

Review Menulis

Terhitung awal Maret, ketekunan menulis di portal ini yang dimulai semenjak Agustus 2015 sedikit terganggu. Sebagai gantinya, bulan ini akan ada banyak tambahan tulisan dari bulan lalu. Sedikit kealpaan di dunia maya penulisan selalu jadi justifikasi paling masuk akal karena beragam tuntutan tanggungan yang menggunung. Tapi untuk membiasakan budaya tidak gampang pamrih dan konsisten, tulisan ini hadir.

Wanita dan Peranannya

Pagi itu kelas keakhwatan di pesantrenku kosong karena ustadzah yang mengampu berhalangan hadir. Jadilah pemandu kami menugaskan kami untuk menulis tentang peran perempuan secara umum. Here's my answer.