Skip to main content

“kok tumben mbak ga pake es?”

Oke, jadi barusan aku beli jus, di tempat langganan. Uda semingguan ini aku beli jus tiap hari, karena prihatin sama pemasukan kalori dan gizi yang makin ga terkontrol. For those yang belum ngeh sama kesehatannya sendiri, well I suggest to start think about it, seriously.
Mbaknya ini, ramah banget. Di bakal tanya aku ada kuliah lagi atau engga, dia bakal cerita juga berapa gelas yang udah dia jual. Aku tau berapa omset tiap harinya. Aku tau kenapa dia nolak tawaran buat buka di dalam kampus tetangga. Dia tau jus favoritku. Aku tau dia beli buah jam berapa di pagi hari. And that’s it, kita punya koneksi. We don’t talk about the weather, obviously. Hahaha
Beli jus berapa menit sih?  Dan dalam waktu yang pendek itu, yang dibutuhin cuma listening sama understanding skill. Uda kebanyakan suatu hubungan dimulai, dijalani dan diakhiri tanpa skill ini. Sedih ga sih? Ibarat kamu punya banyak temen, tapi ga ada yang bener-bener mau paham sama apa yang kamu rasain. Anecdoche. Kita cuma nunggu giliran ngomong, tapi engga nikmatin bener-bener apa yang diceritain orang lain.
Mbak yang jualan jus ini lebih bisa aku panggil sebagai temen daripada kebanyakan anak angkatanku sendiri. Why? Kayaknya emang mostly, aku yang belum meluangkan waktuku untuk mereka sih, okesip hahaha (I’m still working on that). Konteksnya disini adalah, bukan siapa, tapi apa. Ilmu apa yang kamu dapat dari dia, persepektif apa, dan pemahaman baru apa.
Balik ke kalimat berkutip di atas. “kok tumben mbak ga pake es?”. Well, aku ga pernah pesen jus pakai es hahahah. Kemungkinan mbaknya salah orang. Tapi bukan itu stressing yang mau aku bangun disini. Mbak nya perhatian.
Bayangin berapa orang yang beli jus nya dalam sehari, dan dia berusaha buat notice satu per satu permintaan mereka, yang secara ga langsung bikin personal attachment. Hebat kan? Dan lebih hebatnya lagi, aku yakin, personal attachment ini lebih efektif daripada model marketing manapun.
Karena dari situ, kamu tau dan paham other’s needs, hence lebih efektif buat kamu ngasih apa yang orang lain butuhin. Skill ini juga berharga. Buat peka sama semua orang, bahkan orang yang sama bisa show a hundreds of emotion. Jadi, kalau dikuadratin, berapa kuadrat berapa dah tu.

Seengaknya, hari ini aku belajar, bukan masalah salah atau engga assume orang tentang apa yang kita mau, tapi effort nya itu...perlu dihargai, jadi saat tadi aku ditanya “kok tumben mbak ga pake es?”, aku cuma senyum dan ngejawab “iya mbak, lagi ga mau yang dingin.”.
Have a great day, pals!

Comments

Popular posts from this blog

Notulensi Majelis Ilmu Jogokariyan : Burung dan Semut #Part1

Untuk pertama kalinya, saya akan mengangkat topik mengenai apa yang saya percaya disini. Meski sudah seyogyanya tiap apa yang kita lakukan berlandaskan percaya, pengangkatan topik yang baru sekarang ini tidak lain tidak bukan merupakan pembuka atas semua tulisan. Penjelasan bahwasanya segala yang saya lakukan (termasuk menulis disini) sebenarnya merupakan implementasi kepercayaan yang saya yakini. Hasil paling akhir dari sebuah proses percaya dan berpikir. Percaya tidak ada apa apanya bukan apabila hanya diamini dalam dada tanpa aksi nyata.

Pilot: The Beginning of The End

Have you ever think for once that life is short? Even though it's the longest we ever experience Or the more time we have, the more time there is to waste? As counter intuitive as it sounds, if life lasted forever we might never get around to asking someone out on a date, writing a journal, or traveling around the world, because there will always be tomorrow.

Takut di Laut

Salah satu cita—citaku adalah u ntuk tinggal di atas laut berhari-hari. Tak perlu naik kapal pesiar yang super mahal itu, karena itu menyebabkan aku kebal ombak. Aku ingin merasakan badai yang mengguncang tanpa ampun. Membuatku tersiram air garam basah dan tak ada pilihan. Merasakan keputusasaan terombang-ambing karena sebenarnya perjalanan masih panjang atau tiba-tiba bisa berhenti saat itu juga.

2k16

First of all. Sorry it took some times for the post. Both contributor had to span holidays and we agreed to postpone our writing for the next deadline. So here I am. Writing (dedicated to this blog) for the first time in 2k16.

Nasionalisme itu gimana?

Aku tak yakin kapan terakhir kali mendengarkan lagu Indonesia Raya. Dan ya, aku yakin aku akan menukar-nukar liriknya tanpa sadar. Selama 11 tahun upacara bendera dan acara formal lainnya, juga bisa dihitung hanya berapa kali aku memejamkan mata, itupun karena kepanasan.