Tidak ada pembenaran apapun atas keabsenan saya selama sekitar 2 bulan ini. Tapi jikalau masih boleh memberi alasan logis, saya ingin memberi pengakuan, bahwa selama ini sepertinya saya cerdik mencari dalih apa saja untuk dikerjakan selain menulis itu sendiri. Iya, saya seharusnya malu. Malu kepada diri saya dulu yang rajin protes dengan kontributor sebelah kalau dia telat posting. Malu kepada diri saya sendiri yang sedang rendah ‘self-esteem’ nya. Malu kepada diri saya karena membiarkan nikmat menulis dan menyampaikan sesuatu menjadi sesuatu yang saya ‘take for granted’. A lot things happened . Dan secara garis besar, rangkaian takdir itu memberi saya beeberapa pelajaran. Being twenty something is about how well you coach yourself. Hampir semua mengingatkan saya tentang seperti apa saya, di mata diri saya sendiri. Tentang batasan saya, tentang harapan saya, tentang mereka yang sayangi, tentang kemalasan saya, tentang apa yang membuat saya tertarik, tentang asumsi-asumsi