It’ll be cruel critics to those who named themself as
akhwat.
The very first I encounter this phrase, I was just like “oh
yang kerudungnya besar”. Yes, receh emang pengertian akhwatnya. Later I know,
akhwat adalah saudara perempuan. So guess what, as long as we’re moslem women,
we’re akhwat. Mau ada yang pulang jam 1
malem, mau yang warna bajunya motifnya nabrak, mau yang suaranya kaya toa, kita
masih saudara satu sama lain. Dan kewajiban sesama muslim adalah sebagai
pengingat.
Ide menulis ini adalah kegeramanku sendiri kepada mereka
yang “akhwat” banget (yang jilbabnya lebar dan kegiatannya muter di sekre UKM
atau masjid). Bukan kegeraman sebal atau emosi negatif, bukan juga jenis
kegeraman yang ngebikin illfeel, tapi lebih ke “Hey guys, you can do better!”
things.
Beberapa hal yang ingin kusampaikan kepada saudara-saudara
perempuanku di kesempatan kali ini adalah soal cara penghargaan mereka ke diri
sendiri.
Hidup bersama banyak “akhwat” di asrama, membuatku sadar
bahwa mereka sering lupa untuk merawat diri. Aduh alasannya banyak sekali ya
sayang, kaya misal syuro disini, liqo disana, tugas kampus, tanggungjawab di
kepengurusan. Percaya atau enggak, kekeliruannya hanya di kau belum benar-benar
meluangkan waktu untuk itu.
Beberapa dari saudara perempuan tersayangku ini baru ribut
soal “perawatan” kalau mau nikah. Assalamualaikum jeung, haruskah ada jaminan
sang pangeran mau menjabat tangan wali kita baru kita mau berbenah? Seharusnya
tidak. Itulah kenapa konsep perbaikan diri ditulis leih dulu dari membina rumah
tangga yang syar’i dalam tahapan ustadiyatul alam.
Saudaraku, sudah atau belumnya sang pangeran datang, kita
setiap hari akan berinteraksi dengan orang lain, bukan? Kita akan bertatap muka
dengan mereka, akan bersalam semut dengan sesama saudara kita juga, akan
menjadi pusat perhatian kalau sedang presentasi program atau nge-liqo-in adek-adek.
Apakah kita tidak ingin memuliakan mereka dengan penampilan kita yang pantas?
Kira-kira apa yang ada di pikiran teman kepengurusan kita
saat mencium bau dari jilbab kita yang agak lembab karena ternyata rambut kita
di dalam masih basah?
Kira-kira apa yang ada di pikiran dosen kita jika melihat
kuku kita potongannya kurang rapi dan bekas hena nya tidak beraturan?
Kira-kira apa yang ada di pikiran mutarrobi kita saat kita
menghadiri liqo dengan baju tabrak motif?
Kira-kira apa yang ada di pikiran teman kita yang sedang
walimah jika kerudung lebar kita lusuh dan dekker yang kita gunakan sudah lecek
dan warnanya ga nyambung sama baju yang sedang kita pakai?
Kira-kira apa yang ada di pikiran calon mertua kita (walau
saat itu belum resmi jadi mertua) saat tau calon anak mantunya doyan merengut
dan have no sense of jokes at all?
Keep the answer for yourself lah ya.
Saudaraku, akhlak seorang muslim yang baik itu tercermin
juga dari dia menjaga penampilannya. Aku sedang tidak berbicara tentang baju
mahal, perawatan salon yang namanya aneh, atau wajah senyum bohongan. Aku
sedang berbicara tentang penghargaan ke diri sendiri.
Jagalah dirimu sendiri dari anggapan orang lain yang kurang
kau sukai. Bukan berarti kita berbenah dengan ukuran manusia ya, since ukuran
manusia itu ga pernah ada mentoknya. Bukan juga berarti kita akan menjadi orang
yang meng-generalisir dari penampilan luarnya saja. Kita berkewajiban untuk
menkondisikan apa yang menjadi hak kita, tubuh dan wajah kita sendiri.
Yang penting kan hatinya, Bil!
Coba kalian pikir, adakah orang dengan hati peka membiarkan
jilbabnya yang miring kanan miring kiri?
Adakah orang yang teratur ibadahnya membiarkan kuku
tangannya panjang?
Adakah orang yang paham bahwa senyum adalah ibadah malah
doyan merengut?
Seharusnya tidak.
Saudaraku, apa-apa yang terlihat di luar dan apa yang kita
rasakan di dalam itu berhubungan. Apa-apa yang berusaha kita tampakkan di luar,
entah itu decent looks atau senyum
ikhlas, adalah bentuk rasa syukur kita kepada Allah atas fisik yang
disempurnakan. Apa-apa yang berusaha kita jaga dengan dengan rutin merawatnya
seperti kuku, rambut, kulit dan wajah adalah sarana penyempurnaan ibadah kita
dengan akhlak yang terpuji.
Comments
Post a Comment